Sabtu, 30 April 2011

Kampung batik

I. MAKNA WISATA BUDAYA Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Makna pariwisata budaya dapat dipandang bukan saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses. Sebagai produk, pariwisata budaya dipandang sebagai daya tarik wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Jenis wisata ini memuat informasi atau pesan-pesan yang bersifat budaya. Daya tarik wisata ini dapat berupa barang kerajinan, peninggalan sejarah purbakala, pertunjukan kesenian, ritual keagamaan, dan lain-lain. Ada kalanya daya tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dinikmati oleh wisatawan. Melalui kemasan tersebut diharapkan wisatawan dapat memperoleh pengalaman kebudayaan dengan cara melihat sesuatu yang dirasa unik, berbeda, mengesankan dan berbagai sensasi yang dibutuhkan untuk memperkaya kebutuhan spiritualnya. Dalam kaitan ini pariwisata budaya juga memberikan sumbangan pelajaran bagi pengunjung (guest) dan tuan rumah (host). Pelajaran dari pengalaman menjadi pengunjung tidak akan pernah didapat oleh tuan rumah jika tuan rumah tersebut tidak pernah menjadi pengunjung, demikian juga sebaliknya. Pengalaman yang diperoleh pengunjung atau tuan rumah diharapkan akan penjadi pelajaran bagi kedua belah pihak bila pada suatu ketika posisi mereka berbalik. II. BATIK Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing. III. BATIK PROBOLINGGO Batik Tulis Probolinggo, Jawa Timur memiliki corak khas seperti Mangga, Anggur, dan angin. Anggur dan Mangga menjadi corak yang tidak akan ditemui di daerah lain.Meski batik Probolinggo tergolong baru dibandingkan batik di daerah lain di Indonesia, namun kualitasnya tidak kalah bersaing. Soal warna, seperti kebanyakan batik yang ada di pesisir pantai, maka warna batik Probolinggo cenderung cerah dan berani. Dua motif khas batik Probolinggo yang paling terkenal adalah Semarak Mangga Anggur dan Ayu Bestari. Batik Probolinggo mulai dikenal masyarakat sejak tahun 2010 setelah lomba CIPTA BUSANA BATIK yang diadakan oleh PKK Jatim pada Mei 2010. Outlet penjualan batik Probolinggo yang ada saat ini masih sangat terbatas, peminatnya saat ini masih dari kalangan pegawai pemerintahan serta instansi yang ada di kota Probolinggo. Salah satu usaha Pemkot Probolinggo untuk mempopulerkan batik khas Probolinggo adalah mewajibkan setiap pegawai di instansi pemerintahan dan sekolah baik negeri maupun swasta untuk menggunakan batik setiap hari Jumat. IV. KAMPUNG BATIK Pusat pengrajin batik yang ada di Probolinggo terdapat di daerah Kelurahan Jati tepatnya di Jl. Mayjen Haryono gg. VI - X. Terdapat puluhan pengrajin batik disini. Sebagian ada yang memiliki usaha sendiri tetapi ada juga yang berkelompok membuat pesanan batik. Hal ini disebabkan karena terbatasnya modal dan pengetahuan. Sebagian besar pengrajin batik ini dulunya bekerja di pabrik atau industri bordir, mereka baru menekuni kerajinan batik sekitar 2-3 tahun. Jadi keahlian dalam membatik juga harus terus dikembangkan, pengrajin batik yang ada di sini hanya mengerjakan pesanan yang jumlahnya juga terbatas karena belum banyak peminat batik apalagi dari kalangan remaja. Di kampung batik ini, kita dapat melihat proses pembuatan batik tulis ataupun batik cap yang pengerjaannya dilakukan di halaman atau salah satu ruang rumah milik pengrajin. Batik Tulis di Probolinggo dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Batik Tulis – Katun Super Batik Tulis Katun Super memiliki ciri khas seperti Mangga, Anggur, dan Angin dimana batik ini dibuat dari bahan Katus Halus. Lihat gambar dibawah ini :
2. Batik Tulis – Super Plus Batik Tulis Super Plus ini memiliki daya tarik yang berbeda meskipun batik ini memiliki corak khas seperti Batik Tulis Katun Super, namun bedanya Super Plus ini motifnya dibuat lebih halus yang bahanya dibuat dari Katus Primissima. Lihat gambar dibawah ini :
3. Batik Tulis – Super Xtra Sesuai dengan namanya Super Xtra yang berarti batik ini dibuat dengan desain yang lebih menarik, dimana bahan yang digunakan dibuat dari Katun Halus. Lihat gambar dibawah ini :
4. Batik Tulis – Premium Plus Batik Tulis Premium ini terbuat dari bahan terbaik dan dikerjakan dengan sangat teliti dan profesional
Kita bisa melihat proses pemilihan kain dan malam yang tepat, pembuatan pola/mal pada kertas, menggambar pola pada kain, pemberian malam (mencanting), pewarnaan, dan pencelupan. Sungguh menarik, lihat gambar dibawah ini.
Biasanya kita hanya bisa melihat proses pembuatan batik di daerah yang sentra batik seperti Yogyakarta, Surakarta, atau Pekalongan. Kita tidak hanya bisa melihat tetapi juga ikut mencoba melakukan proses pembuatan batik dan senangnya biayanya gratis....Buktikan sendiri, karena saya dan beberapa teman dan guru pembimbing sudah mencoba bermain ke rumah salah satu pengrajin batik di Jl. Mayjen Haryono gg. X. Sayang sekali, pengrajin batik ini kurang mendapat perhatian. Padahal jika dikembangkan, kita akan mendapatkan banyak keuntungan. Tidak hanya untuk melestarikan budaya membatik. Keberadaan kampung batik juga dapat menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri. Atau bayangkan saja jika membatik dimasukkan sebagai salah satu paket wisata budaya di Probolinggo,,, pasti akan sangat menarik. Pengunjung dapat membuat batik sendiri dan kemudian memakainya sebagai oleh-oleh khas kota Probolinggo. Banyak sebagian besar teman saya yang masih menganggap batik itu kuno dan ketinggalan jaman. Tetapi mereka juga harusnya sadar, batik adalah budaya asli Indonesia. Dengan belajar membuat batik di kampung batik, kita juga ikut melestarikan budaya Indonesia. Apalagi jika kampung batik yang ada di Probolinggo ini dikembangkan dengan baik dari segi penataan dan fasilitas, tentunya akan lebih menarik pengunjung. Saya hanya berharap semoga Pemkot Probolinggo segera mengembangkan kampung batik ini dan menjadikan kampung batik sebagai wisata andalan kota Probolinggo

Jumat, 29 April 2011

Lomba Perahu Hias


Masyarakat pesisir secara beriringan berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4 September.

Petik Laut


Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut. Kegiatan ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisir pantai Kota Probolinggo.

Pelabuhan Tanjung Tembaga


Pelabuhan Tanjung Tembaga adalah pelabuhan yang bersejarah, karena dahulu pada zaman penjajahan Jepang pelabuhan ini sebagai tempat pendaratan tentara Jepang dan bongkar muat keperluan penjajahan.

Pada perkembangannya Pelabuhan Tanjung Tembaga mengalami perubahan menjadi pelabuhan ikan, bongkar muat kapal-kapal besar, pelabuhan antar pulau serta pelabuhan transit bagi kapal-kapal dari daerah lain.

Selain berfungsi seperti yang disebutkan diatas, di Pelabuhan Tanjung Tembaga ini terdapat beberapa tradisi maupun acara yang sering diselenggarakan yaitu:

Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun.

SEJARAH KOTA PROBOLINGGO

Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, yaitu nama sebuah sungai yang mengalir di tengah daerah. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger sendiri dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga kerajaan Majapahit yang terkenal yaitu Mpu Prapanca.

Dalam upaya mendekatkan diri dengan rakyatnya, maka Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Patih Amangku Bumi Gadjah Mada melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah antara lain Lumajang dan Bondowoso. Perjalanan tersebut dimaksudkan agar Sang Prabu dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat di pedesaan dan sekaligus melihat sejauhmana perintahnya dapat dilaksanakan oleh para pembantunya.

Dalam perjalanan inspeksi tersebut Prabu Hayam Wuruk singgah di desa Banger, desa Baremi, dan desa Borang. Desa tersebut sekarang ini menjadi bagian wilayah administrasi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo (Kelurahan Sukabumi, Mangunharjo, Wiroborang).

Singgahnya Prabu Hayam Wuruk di desa Baremi, Banger dan Borang, disambut masyarakat sekitar dengan penuh sukacita. Pada hari Kamis Pahing (Respati Jenar) tanggal 4 september 1359 Masehi, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan kepada rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Perintah itulah yang akhirnya menjadi landasan sejarah hari lahirnya Kota Probolinggo.

Banger mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.

Pada masa pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan, termasuk Banger, diserahkan kepada VOC pada tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung.

Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Bolo Djolodrijo (Kiem Boen), seorang patih Pasuruan. Pada akhirnya Tumenggung Djojolelono diganti oleh Tumenggung Djojonegoro. Ketika Tumenggung Djojonegoro memegang pemerintahan, pada tahun 1770 nama Banger diganti menjadi PROBOLINGGO, dimana PROBO dalam bahasa sansekerta berarti sinar sedangkan LINGGO berarti tanda peringatan atau tugu. Hal ini ada hubungannya dengan cerita kuno yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya (meteor) dan tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.

Kerapan Kambing


Karapan Kambing sebenarnya bermula dari sekedar menjadi obat kejenuhan dalam keseharian setelah menjalani kewajiban sebagai petani atau pedagang. Karapan Kambing ini merupakan perlombaan yang digelar setiap satu tahun sekali.

Sama seperti halnya karapan sapi, kambing-kambing ini menggunakan kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan kambing), lalu kemudian diadu kecepatan dengan lawan pasangan lainnya.

Dalam Karapan Kambing, kambing-kambing yang dilombakan tidak dibedakan berdasarkan ukurannya baik besar atau kecil. Semua adalah kambing dengan jenis kelamin betina

Ketika berada di arena perlombaan, kambing-kambing ini dilengkapi dengan beberapa peralatan. Beberapa peralatan yang digunakan diantaranya adalah jepitan telinga kambing, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles, kalonongan (terbuat dari keleng kecil biasanya bekas dari korek api. Dan peralatan yang terpenting sebenarnya adalah balsam dan minyak angin. Karena pada beberapa bagian tubuh kambing akan dilumuri balsam dan minyak angin sehingga kambing tersebut akan merasakan kepanasan dan akan berlari kencang sekuat tenaga.

Ciri dari kambing karapan yang bagus terletak pada bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan seperti nungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak. Postur yg demikian yg sering menang dalam perlombaan kerapan kambing ini.

Disisi lain juga mempunyai fungsi dan potensi sebagai berikut.
FUNGSI
1. Sebagai hiburan untuk bersenang-senang.
2. Untuk menghilangkan rasa jenuh.
3. Dapat menarik wisatawan lokal mupun manca negara

POTENSI
1. Diharapkan untuk dapat menguji bakat setiap orang.
2. Menunjukkan bahwa setiap individu di kota probolinggo mempunyai kreatifitas yang tinggi.
3. Menunjukkan bahwa kota probolinggo kaya akan kesenian daerahnya

Kerapan Sapi Brujul


Kerapan sapi brujul sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya. kemudian dikembangkan menjadi perlombaan yg diadakan pada setiap musim tanam padi tiba. kerapan sapi brujul ini dilaksanakan di area persawahan.

Setiap sapi yg memenangkan perlombaan kerapan sapi brujul,dapat dipastikan memiliki nilai jual yg sangat tinggi. sehingga sapi yg mengikuti perlombaan ini dipastikan memiliki kualitas yg cukup baik. tidak heran jika perlobaan ini sampai mengeluarkan biaya yg cukup besar.

karena antusias masyarakat yg cukup besar, kerapan sapi brujul ini di jadikan  sebagai obyek wisata kota probolinggo. sekarang ini perlombaan tersebut tidak lg dilaksanakan pada musim tanam padi saja, namun di luar musim tersebut juga sering diselenggarakan.

Ojung


tradisi ojung adalah tradisi saling pukul badan dengan saling memukul badan dgn menggunakan senjata rotan yg dimainkan oleh dua orang. kedua pesera ojung akan saling bergantian memukul tubuh lawannya. jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis dan menghindar. tradisi ini memang mirip dengan olahraga anggar, dimana warga diajak beradu teknik dan kemampuan saling memukul dgn menggunakan sebilah rotan. terdapat aturan permainan dlm tradisi ini, yakni setiap pemain memiliki jatah memukul dan menangkis masing-masing 3 kali. bagi siapa yg banyak mengenai lawannya ketika memukul maka dialah yg menang.

tradisi ini memiliki tujuan untuk menghindari datangnya bencana alam atau tolak bala dan selalu diselenggarakan pada setiap tahun. keunikan lainnya dari tradisi ini adalah sebelum acra dimulai warga selalu melakukan ritual terlebih dahulu berupa permohonan doa kpd yg maha kuasa, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tanpa ganjalan yg tidak di inginkan.

Ludruk


Ludruk merupakan satu bentuk pementasan drama kehidupan yg disajikan dengan pendekatan kehidupan sehari-hari masyarakat jawa timur pada umumnya. lain halnya dengan kesenian ketoprak yg dalam penyajiannya menampilkan cerita sejarah atau legendayg dikemas apik dengan memakai busana dan bhs jawa,ludruk lebih mengedepankan cerita heroik dengan setting kebanyakan mengenai kehidupan masyarakat jawa timur.


ludruk tumbuh dan berkembang hampir disemua daerah jawa timur bagian timur,termasuk daerah probolinggo.tampilan ludruk khas probolinggo jelas memiliki perbedaan dibandingkan dengan ludruk-ludruk surabaya atau daerah lainnya,yakni pada bahasa yg di pakai. ludruk di probolinggo menggunakaan bahasa jawa ngoko yg dicampur bahasa madura pesisiran,baik dalam bentuk kidungan ataupun dialog para pemainnya.

walaupun dari segi bahasa yg di pakai berbeda, tetapi dalam hal pakem masih memiliki cerita yg sama. hanya di beberapa bagian atau adegan yg diselipkan adegan tambahan yg bercirikan probolinggo. dan kesenian ludruk ini sering ditemui pada acara-acara hajatan.

Sabtu, 16 April 2011

Jaran Bodhak


Dalam terminologi bahasa jawa "jaran" berarti kuda dan "bodhak" (bahasa jawa dialek jawa timur,khususnya wilayah jawa timur) berarti wadah,bentuk lain. walaupun belum diketahui angka tahun yg pasti sejak kapan kesenian "jaran bodhak" ini mulai diciptakan dan dikenal oleh masyarakat kota probolinggo,namun dari beberapa sumber diketahui bahwa "jaran bodhak"diciptakan oleh orang-orang kota probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.

pada waktu itu orang-orang probolinggo,terutama orang-orang pinggiran dan miskin mendambakan suatu seni pertunjukan yg populer  di kalangan  masyarakat kota probolinggo adalah "jaran kecak" yakni kuda (jaran) yg "ngencak" (menari). "jaran kencak" sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut "kuda menari", sejenis pertunjukan yg menggunakan kuda yg dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.

pada kalangan masyarakat miskin,yg karena kemiskinannya mereka tidak mampu memiliki atau menyewa kuda untuk "jaran kencak" ini,mereka membuat modifikasi jaran kencak dengan jaran (kuda) tiruan. terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher,kemudian kuda kayu itu disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip "jaran kencak" asli,yg memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. "penunggang" seolah-olah naik kuda,padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri) dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yg naik "jaran kencak". itulah "jaran bodhak"

"jaran bodhak" masih populer di kalangan masyarakat kota probolinggo. dan kesenian ini biasanya di gunakan untuk mengiringi dan mengarak hajatan Temanten Sunat.

Selain penjelasan tentang jaran bodhak diatas, jaran bodhak juga mempunyai fungsi dan potensi sebagai berikut
FUNGSI
1. Melestarikan seni budaya daerah.
2. Mampu menarik wisatawan lokal maupun manca negara.
3. Mampu untuk meramaikan suatu waktu teryentu,misalnya acara hajatan.

POTENSI
1. Meyakinkan bahwa kota probolinggo patut untuk menjadi salah satu tempat wisata di nusantara.
2. Menunjukkan bahwa kota probolinggo mampu bersaing dengan daerah lain dalam bidang kesenian daerah.